Minggu, 20 Januari 2013

Tuan Masak dan Tuan Mentah

          Kisah ini diawali dengan rencana sebuah keluarga untuk berkunjung kesuatu tempat. Perjalanan yang cukup jauh itu terdiri seorang ayah dan dua orang menantunya. Setelah perlengkapan sudah siap dan berpamitan merakapun berangklat. Dengan menggunakan perahu merakapun memulai perjalanan menelusuri sungai di sinilah kisah ini dimulai.

            Sang ayah melihat sekelompok burung besar yang berenang mengapung di tepi sungai, sang ayahpun bertanya "wahai Tuan Masak menantuku kenapa burung-burung itu bisa mengapung dan tidak tenggelam di air?" Tuan Masakpun menjawab " Ayah burung-burung itu memiliki bulu yang tebal sehingga tidak tenggelam dan tetap terapung". Sang ayah kemudian menoleh kepada menantu yang satunya dan bertanya "kalau menurutmu Tuan Mentah?" Tuan Mentah menjawab dengan tenang " itu biasa saja ayah".

            Perahupun terus melaju sampai di daerah yang banyak ditumbuhi pohon bambu sang ayah memperhatikan rimbunya pohon bambu yang tumbuh di tepi sungai dan bertanya "Kenapa pohon bambu itu yang tubuh di bagian dalam tampak hijau sedangkan yang tumbuh di bagian luar tampak merah?" Tuan Masak menjawab " Bambu itu tumbuh di dalam tidak terkena sinar matahari langsung sehingga tampak Hijau sedangkan yang di luar terkena sinar matahari langsung sehingga berwarna merah". "Bagaimana menurutmu Tuan Mentah?" tanya sang ayah selanjutnya, Tuan Mentahpun menjawab "itu biasa-biasa saja".

            Perjalanan mereka kemudian berpapasan dengan serombongan angsa yang mengeluarkan suara khasnya yang sangat nyaring sang ayah kemudian menanyakan hal tersebut. "Kenapa angsa itu mempunyai suara yang sangat nyaring?" tanya sang ayah, Tuan Masak mejawab "angsa mempunyai leher yang panjang sehingga dengan kerongkongannya dapat bersuara nyaring". Pertanyaan juga diajukan kepada Tuan Mentah dan jawabannya " itu biasa-biasa saja".

              Setelah menyusuri sungai yang berkelok-kelok dan jarak yang cukup jauh perjalanpun sampai tujuan, sebuah tempat dengan banyak pedagang. Berbagai barang disana tersedia. Mereka menemui beberapa pedagang untuk menjual dan membeli, setelah beberapa transaksi dan istirahat dirasa cukup kemudian bergegas untuk pulang. Dalam perjalanan pulang tidak banyak yang mereka bicarakan hanya tentang barang-barang yang mereka bawa sang ayahpun tidak banyak bertanya.

             Setibanya di rumah mereka disambut oleh sang ibu dan kedua putrinya, sang ayahpun menyampaikan tentang kedua menatunya kepada sang ibu bahwa Tuan Masak berilmu tinggi dan lain halnya dengan Tuan Mentah.   

         Saat makan malam hal itu ditanyakan sang ibu kepada Tuan Mentah mengapa diperjalan bila ditanya sang ayah jawabannya selalu sama "biasa-biasa saja"

             Tuan mentah kemudian menyampaikan apa yang di tanyakan sang ayah, yang pertama mengenai burung yang terapung di air. " Saya katakan bahwa itu biasa saja kerna memang biasa" kata Tuan Mentah, "buah kelapa tidak punya bulu tebal juga terapung di air". Selanjutnya mengenai pohon bambu yang merah di bagian dalam luar dan hijau di bagian dalam, Tuan Mentah menyampaikan bahwa itu juga biasa saja karena memang biasa. "Bagaimana dengan buah semangka di bagian dalam merah dan di luarnya yang hijau, padahal yang terkena sinar matahari bagian luar".

            Burung yang bersuara nyaring biasa saja juga disampaikan Tuan Mentah, "perhatikan suara katak, walau berleher pendek suaranya juga nyaring" jelasnya. Sang ayahpun tersenyum dan berkata "ternyata kedua menantu kita sama-sama berilmu dan pandai". Mereka hidup rukun, tentram dan damai.